Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa Selamat Hari Ibu 2015

Hari Ibu, Bukan Sekedar Perayaan Tapi Momen Pergerakan Perempuan

Penulis : Faishal Hilmy Maulida - Editor : Redaksi

22 - Dec - 2015, 14:32

Placeholder
Arsip foto kongres perempuan 1928. (Foto: googleimage)

 

 

"Kita tidak akan pernah cukup hidup di dunia dari kasih sayang Ibu, sehingga persahabatan sesama perempuan adalah cerminan dari saling meng-ibu. Atau laki-laki banyak yang menikah dan nyaman dalam rumah tangga karena peran Ibu digantikan oleh istrinya (perempuan). Namun sampai saat ini peran ibu di rumah tangga belum dibagi secara setara dengan laki-laki, padahal ada juga nilai ibu di semua manusia, afeksi sejati itu. Sehingga peran rumah tangga yang tak seimbang menjadi lebih terbebankan pada perempuan,"

Marilyn French (dalam Novel Her Mother's Daughter) 

Hari ibu di Indonesia yang dirayakan tanggal 22 Desember, terkadang banyak orang tidak mengetahui mengapa tanggal tersebut dipilih menjadi 'Hari Ibu', terlebih maknanya yang terkadang hanya menganggap hari ibu sebatas momen seremonial dalam sebuah perayaan. 

Di Indonesia, Hari Ibu dirayakan pada tanggal 22 Desember dan telah ditetapkan sebagai perayaan nasional oleh pemerintah, itu berbeda dengan di Amerika Serikat dan Kanada yang merayakan Mother’s Day pada hari Minggu di minggu kedua bulan Mei yang tidak memiliki jejak peringatan perjuangan gerakan perempuan namun sebatas penghormatan terhadap seorang ibu secara biologis dan sosial

Sedangkan di Indonesia, meskipun berbeda tanpa menghilangkan jejak biologis ibu yang melahirkan dan jejak sosial budaya ibu yang mememilihara, namun dilekatkan juga pada ibu yang berjuang, yang berusaha bersama para laki-laki dan ayah dalam memperjuangkan kemerdekaan, memajukan perempuan dan menghilangkan penindasan terhadap perempuan.

Memisahkan Hari Ibu Indonesia dengan ‘keibuan’ ibu dan realitas gerakan perempuan sangat tidak tepat, karena realitas perjuangan perempuan 1928 tidak meminggirkan atau mengesampingkan nilai ‘keibuan’ bahkan sebaliknya menjadi modal perjuangan bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan. 

Sehingga berdasarkan data yang dihimpun MALANGTIMES dari berbagai sumber dapat dikemukakan bahwa hari Ibu berawal dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan di tahun yang sama dengan Sumpah Pemuda, yakni tahun 1928.

Organisasi perempuan sudah ada sejak tahun 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Rangkayo Rasuna Said dan lain sebagainya. 

Dalam perkembangan berikutnya pada tanggal 22-25 Desember 1928 organisasi-organisasi perempuan mengadakan kongres pertamanya di Yogyakarta, dihadiri sekira 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera, dan membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). 

Kongres ini bertujuan untuk mempersatukan cita-cita dan usaha memajukan perempuan Indonesia dan menggabungkan organisasi-organisasi perempuan Indonesia dalam suatu badan federasi yang demokratis tanpa memandang latar belakangnya, baik agama, politik, dan kedudukan sosial dalam masyarakat.

Dan akhirnya, pada tahun 1959, Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional, hingga kini.

Hal itu merupakan momen penting bagi para perempuan, dan dalam perkembangannya untuk pertama kalinya perempuan pertama diangkat menjadi menteri yakni Maria Ulfah di tahun 1950. Sebelum kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri. 

Untuk mengenang kongres perempuan pertama, pada kongres di Bandung tahun 1952 diusulkan dibuat sebuah monumen, setahun berikutnya diletakkan batu pertama oleh Ibu Sukanto (ketua kongres pertama) untuk pembangunan Balai Srikandi dan diresmikan oleh menteri Maria Ulfah tahun 1956.

Dapat diambil benang merah, bahwa Kongres Perempuan Indonesia pertama 1928 adalah momentum kesadaran kolektif perempuan Indonesia untuk memperjuangkan hak-hak perempuan bersama-sama juga kesadaran mengenai berbagai permasalahan perempuan hingga kini. (*)


Topik

Peristiwa Berita-Jatim Berita-Malang Hari-Ibu-2015



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Faishal Hilmy Maulida

Editor

Redaksi