Setelah sebelumnya MALANGTIMES membahas soal satu varietas kopi yellow catura, kali ini kami akan kembali membahas satu lagi kopi yang mulai sulit dicari keberadaannya.
Masih dari jenis arabica, kali ini media online terbesar di Kota Malang ini akan membahas soal Kopi Typica.
Kopi ini pertama kali masuk ke Indonesia di bawa oleh Belanda. Mulanya digunakan untuk kepentingan komersil saja namun kemudian lambat laun varietas ini tumbuh tersebar ke daerah-daerah di Indonesia.
Kopi jenis ini banyak ditemui di dataran tinggi seperti Sumatera, Sulawesi dan Flores. Namun lagi-lagi tak terduga kopi jenis ini mampu tumbuh di kebun kopi milik Wahyu ep seorang petani kopi dari Bumiaji, Batu.
"Di kebun ada lima batang pohon yang tersebar di beberapa tempat," ujar Wahyu saat MalangTIMES berkunjung ke kebun miliknya beberapa waktu lalu.
Kopi ini begitu istimewa, sebab Typica dipercaya sebagai induk dari kopi varietas lainnya. Selain itu, jumlah pohonnya yang semakin sulit ditemui membuat tanaman yang mempunyai nama lain Pluma Hidalgo bagi orang Mexico ini menjadi langka.
"Dulu banyak, tapi karena terserang penyakit karat daun (hemilea vastatrix) membuat banyak pohon mati. Untungnya tidak benar-benar punah, " jelas pria asal Batu ini.
Jika pun ada pohon si Blue Mountain, begitu orang Jamaika menyebutnya, jumlah produksi chery kopinya pun tidak sebanyak kopi pada umumnya. Sebab, kopi ini tergolong kopi tua.
Kopi yang mengandung cafein sebanyak 0,8 hingga 1,4 persen ini memiliki rasa yang cenderung 'clean'dan 'sweet'. Rasa asam masih begitu mendominasi, begitu juga kombinasi rasa buah dan bunga yang terkandung di dalamnya.
Melihat jumlahnya yang begitu sedikit, Wahyu berencana membudidayakan tanaman yang disebut sebagai San Ramon & San Berardo oleh orang Brasil ini.