Kejadian yang mengarah pada asusila terjadi di lembaga pendidikan di Tulungagung. Kali ini terjadi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Tunggangri di Jabon, Kalidawir, Tulungagung.
" Ya saya mendengar. Kan saya juga wali murid. Itu (pelaku) memang bandel. Ceritanya bawa handphone dan menonton film porno. Kemudian temannya cewek diajak lakuin adegan seperti di film itu. Ramai kok dibahas antar wali murid. Kabarnya anak perempuannya ngambek, tidak mau masuk sekolah," kata salah satu wali murid melalui pesan WhatsApp.
Menanggapi hal itu, pihak MIN Tunggangri tidak membantah rumor yang tersebar antar-wali siswa itu. Kepala MIN Tunggangri Hariyanto melalui Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Sutiyono mengaku telah melakukan klarifikasi terhadap pelaku, korban, dan teman korban serta mengundang orang tuanya ke sekolah, Rabu (07/8). Pelaku bernama Bw (8). Sedang korban seorang siswi berinisial Mh (8). Keduanya masih satu kelas.
"Kami sudah bertanya, baik pada pelaku, korban, dan teman-temannya di kelas 2. Kami juga hadirkan wali siswa baik dari korban dan pelaku karena mereka datang ke sekolah saat itu juga untuk menanyakan masalah tersebut karena isu sudah santer tersebar," kata Sutiyono.
Sutiyono mengungkapkan, hasil klarifikasi yang dilakukan, korban Mh dipanggil Bw. Pelaku mengatakan kepada Mh bahwa dirinya sudah punya pacar. Rupanya, Mh penasaran dan ingin tahu siapa pacar Bw.
"Namanya anak-anak, ya pengakuannya seperti itu. Jadi, Bw ini mau memberi tahu jika syarat untuk memelorotkan celana yang dipakai dipenuhi Mh. Di sini baik siswa atau siswi kan memakai seragam celana panjang," tambah Sutiyono.
Akhirnya, Mh yang mungkin ingin tahu pacar Bw mau memenuhi syarat yang diminta, yaitu memelorotkan celana yang dipakai. Kejadian saat melorotkan celana itu diketahui teman sesama siswi kelas dua, di antaranya Nj, Rel, dan Ca, yang kemudian juga diminta pihak sekolah untuk bercerita tentang kejadian sebenarnya.
" Hasilnya, tidak benar jika itu menonton video dan terjadi tindakan asusila seperti kabar yang berhembus. Siswi kami ini (Mh) jadi korban bully. Masalah tersebut sampai ke orang tuanya," ujarnya.
Saat dilakukan klarifikasi bersama, menurut Sutiyono, memang terjadi sedikit situasi panas lantaran salah satu wali siswa emosional. Namun, pihak sekolah akhirnya menjelaskan pentingnya dilakukan klarifikasi baik ke pelaku dan korban serta saksi, yaitu teman-temannya.
" Jika tidak diklarifikasi, justru akan macam-macam isunya. Maka lembaga pendidikan dan siswanya justru terkena dampaknya," ucap dia.
Kasus tersebut, menurut Sutiyono, menjadi perhatian pihak sekolah, terutama terhadap pelaku Bw. Sekolah berjanji akan melakukan pengawasan lebih ketat terhadap pelaku dan siswa agar tidak terjadi hal yang memalukan itu.
"Sanksinya peringatan dulu. Kami jelaskan masalah ini kepada wali siswa. Selain itu, bagi pelaku dan siswa lain, akan diperketat agar masalah tersebut tidak terjadi lagi," pungkasnya. (*)