Sudah jatuh tertimpa tangga pula, ungkapan tersebut rupanya cocok bagi para petani yang sedang tanam cabai rawit. Sebab saat musim penghujan ini sangat berimbas pada kualitas cabai rawit.
Air hujan yang terus- terusan mengguyur rupanya berimbas cukup jelek pada buah cabai rawit. Bahkan buah cabai rawit itu cepat membusuk karena seringnya terkena air hujan.
“Iya karena hujan terus setiap hari, buahnya kan otomatis terkena air hujan juga. Nah karena airnya kotor itu imbasnya langsung buahnya busuk,” ungkap Nurwakim, Petani Desa Beji, Kecamatan Junrejo ini, Jumat (9/2/2018).
Oleh karena itu, hasil panen pun tak bisa maksimal akibat busuknya cabai rawit ini. Jika biasanya di lahan 1.300 meter ia bisa memanen hingga 50 kilogram cabai rawit, saat musim penghujan hanya mampu mendapatkan 30 kilogram.
“Otomatiskan imbasnya pada hasil panen jadi berkurang cukup banyak. Tapi mau bagaimana lagi, masalahnya juga tidak bisa dikendalikan,” imbuhnya sambil memanen cabai rawit.
Mengapa air hujan mampu membuat cabai rawit busuk? Alasanya karena tumbuhan ini menyerap terlalu berlebihan air dari biasanya. Sehingga membuat cabai menjadi busuk.
Untuk masa tanam cabai ini kurang lebih selama tiga bulan. Yang kemudian bisa dipanen hingga 15 kali, untuk sekali panennya jaraknya harus menunggu satu minggu lamanya.
Selain itu jika permasalahan terletak pada busuk cabainya, petani harus merugi karena harganya saat ini cukup murah. Jika sebelumnya harga cabai rawit bisa mencapai Rp 40 ribu per kilogramnya, saat ini harganya cukup murah dan turun diangka Rp 25 ribu per kilogramnya.
“Sekarang harganya Rp 25 ribu itu murah. Kenapa kok murah? Hal itu masih tidak bisa diketahui, ya sepertinya karena banyak yang tanam juga mungkin,” jelas pria 65 tahun ini.