Naturalisasi sejumlah pemain asing yang terus berlangsung di sepak bola tanah air mengundang banyak kata tanya dari para pemerhati sepak bola nasional. Bagi mereka, naturalisasi pemain tidak lebih dari dua sisi mata pisau. Bisa meningkatkan kualitas tim, namun di sisi lain menghambat bahkan membunuh regenerasi sepak bola dalam negeri.
Presiden Persebaya Surabaya Azrul Ananda memilih realistis dalam melihat fenomena naturalisasi pemain asing yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh sejumlah klub tanah air. Sebab, menurut dia, untuk mengejar prestasi, kehadiran pemain naturalisasi sejatinya membantu klub untuk mencapai target yang mereka inginkan. Namun, tapi negatif untuk tujuan pembinaan.
"Meski saat ini tidak menggunakan pemain naturalisasi, namun kami tidak anti-naturalisasi. Fokus kami memang pada pembinaan usia muda. Buktinya, mayoritas pemain Persebaya saat ini rata- rata di bawah usia 24 tahun. Kami juga memiliki klub di Liga 3 bernama PS Kota Pahlawan untuk menampung pemain-pemain U-23," jelasnya.
Menurut Azrul, saat masih menjadi komisioner liga profesional basket tanah air selama 5 musim, dia juga mengalami hal serupa dengan di sepak bola. "Kami memutuskan untuk memangkas semua cara cara instan itu. Hasilnya, tim basket Indonesia bisa meraih medali perak di SEA Games 2015 lalu. Intinya, proses tidak pernah mengkhianati hasil," tegas ayah tiga anak itu. (*)