Tahun ini penarikan retribusi di Pasar Legi Kota Blitar tidak optimal dikarenakan banyak kios yang belum beroperasi pasca kebakaran. Hingga kini, pasar terbesar di Kota Blitar itu belum juga dibangun ulang. Kondisi ini menyebabkan raihan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor retribusi pasar bakal terus mengalami penurunan.
Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Blitar, Widodo Saptono Yohanes mengatakan penyebab merosotnya PAD dari retribusi pasar itu karena terbakarnya Pasar Legi 2016 lalu. Tak bisa dipungkiri, Pasar Legi memang menjadi penyumbang terbesar PAD dari retribusi pasar.
“Sebelum terbakar, per tahunnya Pasar Legi bisa menyumbang PAD hingga Rp 500 juta. Namun setelah terbakar, dari tahun ke tahun pendapatan dari retribusi pasar terus menurun. Pada 2016, pendapatan retribusi di Pasar Legi hanya mencapai Rp 434 juta setahun. Pendapatan itu terus mengalami penurunan pada 2017, hanya mencapai Rp 275 juta setahun,” jelas Widodo.
Akibat kondisi itu, Pemkot Blitar secara bertahap juga menurunkan target pendapatan dari sektor retribusi pasar. Dari target pendapatan pada 2015 mencapai Rp 1 miliar, pada 2016 target pendapatannya diturunkan menjadi Rp 900 juta. Lalu, pada 2017, target pendapatan dari retribusi pasar turun lagi menjadi Rp 848 juta. "Saat ini pasar tradisional lain mulai menggeliat dan diharapkan bisa menyumbang PAD sehingga target dinaikan," ujarnya.
Lebih lanjut Pemkot Blitar berharap kucuran dana dari pemerintah pusat untuk revitalisasi Pasar Legi dengan segera terwujud. Tahun ini, Pemkot juga sudah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 635 juta untuk relokasi pedagang kalau sewaktu-waktu pembangunan Pasar Legi dimulai.
"Sepertinya sudah ada sinyal positif dari pemerintah pusat. Pemkot juga sudah menyiapkan dokumen perencanaan untuk revitalisasi Pasar Legi, termasuk alokasi anggaran untuk relokasi pedagang," ucapnya.(*)