JATIMTIMES - Keberadaan botoh (pejudi) diyakini bakal merebak pada pelaksanaan pemilihan kepala daerah serentak 9 Desember mendatang.
"Mungkin ini akan lebih banyak terjadi di 21 pilkada serentak, 9 Desember mendatang," kata analis politik dari Universitas Diponegoro, Teguh Yuwono dalam diskusi kelompok bertajuk 'Mewaspadai Botoh dalam Pilkada Serentak' di Semarang.
Menurut Teguh yang juga dosen ilmu pemerintahan Undip Semarang, kehadiran botoh terjadi karena sistem dan kultur demokrasi yang belum mapan. Para botoh ini muncul karena berhubungan langsung dengan praktik politik uang (money politics) dan pemburu rente (rent seeking) dalam politik.
Botoh yang hidup dalam politik underground diklasifikasikan dalam dua kelompok yakni botoh kelas besar yang nilainya miliaran rupiah dan botoh kelas kecil dengan risiko dan nominal yang kecil. Keduanya bisa bermain di dalam dengan kandidat maupun di luar dengan cara taruhan politik.
Untuk mengantisipasi kehadiran para penjudi ini, Teguh memandang perlunya penguatan pemilih cerdas, rasional dan loyalis sehingga mereka tidak mempan iming-iming para penjudi tersebut. (*)