Menelisik lebih dekat tentang pengelolaan pariwisata di Lumajang memang cukup menarik. Apalagi jika dibandingkan dengan obyek wisata yang dikelola pihak swasta. Bahkan obyek wisata yang usianya baru sesumur jagung sudah bisa mendapakan pemasukan lebih besar disbanding kawasan wisata milik pemerintah.
Sebut saja Pemandian Tirtowono Jarit Candipuro. Walau usianya belum genap setahun dikelola oleh sebuah perusahaan swasta, namun pendapatan perharinya sudah cukup besar.
“Kalau kita ukur dari pendapatan sekarang, kita sudah bisa menghasilkan pemasukan hampir Rp. 700 ribu perhari, tapi tidak semua hari segitu mas. Kalau dirata-rata dalam satu bulan hampir Rp. 700 ribu itu,” kata Arsyad Subhekti, Pimpinan Pemandian Tirtowono Jarit Candipuro Lumajang.
Sehingga jika dihitung dalam satu tahun, Arsyad Subhekti memperkirakan kawasan wisata yang dikelolanya akan menghasilkan sekitar Rp. 250 juta.
“Kalau kita lihat dari pendapatan kita sekarang, sepertinya dalam setahun kita akan mendapatkan sekitar Rp. 250 juta. Tapi ini hanya perkiraan dari pendapatan kita sekarang. Jika turun pengunjungnya, maka tentu pendapatan tahunan akan turun. Tapi jika trend nya naik, maka tentu saja pendapatan pertahunnya akan naik juga,” kata Arsyad Subhekti kemudian.
Sementara Segitiga Ranu Klakah yang terdiri dari Ranu Klakah, Ranu Bedali, dan Ranu Pakis termasuk hotel di Ranu Klakah, pada tahun 2016 kemarin menghasilkan PAD bagi daerah sebesar Rp. 80 juta selama setahun.
Sedangkan secara usia pengelolan, Ranu Klakah sudah lebih dari 20 tahun dikelola Pemkab Lumajang dan sudah berganti lembaga yang mengurusnya. Mulai dari Bagian Ekonomi, hingga sekarang telah dikelola oleh Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lumajang.
Kabid Pemasaran Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lumajang Arif Efendi ketika hendak dikonformasi terkait PAD ini sedang rapat sehingga belum bisa memberikan penjelasan tentang rendahnya PAD dari sektor Pariwisata di Lumajang.