Menteri Riset, Tekhnologi dan Pendidikan Tinggi M. Nasir dan Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf membuka pameran inovasi berbasis tekhnologi bertempat di Grand City, Surabaya, Kamis (19/10/2017) .
Pameran ini diikuti oleh 458 startup atau inovator di bidang tekhnologi. Mereka berasal dari seluruh wilayah yang ada di Indonesia. Ada dari perwakilan perorangan hingga perguruan tinggi.
Acara dibuka pada pukul 11.00 WIB atau masih akan terus berlangsung sampai Minggu (22/10/2017) mendatang.
Peserta terdiri dari delapan bidang yakni pangan, energi, transportasi, material maju, bahan baku, pertahanan dan keamanan, TIK, kesehatan obat. Semuanya merupakan binaan dari Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti tahun 2017.
Dalam sambutannya M Nasir mengatakan pemilihan Jawa Timur sebagai tempat pelaksanaan pameran karena startup company di Jawa Timur sudah berkembang.
Sejajar dengan Jakarta serta Jawa Barat. “Sebelumnya selama dua tahun pameran selalu diadakan di Jakarta,” ujarnya.
Dia melanjutkan untuk menumbuhkan iklim yang kondusif bagi pengembangan inovasi harus dipertemukan dengan dunia bisnis. Tujuannya, memberikan nilai tambah dan menjaga kesinambungan inovasi.
Tanpa kolaborasi dengan bisnis karya inovasi hanya akan tercatat di laboratorium kampus. “Tanpa memberikan manfaat nyata bagi masyarakat maupun inovatornya,” kata dia.
Pameran startup ini, lanjutnya, juga terus meningkat. Karena pada tahun 2015 lalu peserta hanya berjumlah 52.
Tahun 2016 meningkat menjadi 203. Saat ini naik kembali hampir seratus persen. Sementara tahun 2018 mendatang peserta ditargetkan bertambah hingga 800 startup.
Dalam kesempatan itu juga Nasir sempat menyinggung bahwa usaha ekonomi berbasis tekhnologi di Indonesia masih cukup minim.
Angkanya belum sampai satu persen. Padahal di Negara lain seperti Malaysia dan Singapura angkanya sudah lebih.
Sementara itu Saifullah Yusuf mengaku bangga dengan perkembangan yang ada di Jawa Timur. Karena perwakilan dari Jawa Timur sampai 147 startup. “Itu karena usaha dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Jawa Timur,” bebernya.
Penggunaan tekhnologi ini lanjut Gus Ipul demikian biasa disapa memerlukan inovasi baru. Misalnya petani perlu berinovasi hingga tidak hanya menjual gabah atau beras namun harus sudah menjadi hasil olahan lain.
“Inovasi dan tekhnologi sudah menjadi tantangan tersendiri bagi kita. Rasa bangga luar biasa saya sampaikan. Semoga ini bisa menginspirasi,” imbuhnya.