Umumnya orang melukis di media kertas atau kanvas. Namun, seorang pemuda di Blitar mempunyai ide unik, yakni melukis jilbab. Mengingat fashion jilbab yang saat ini lagi ngetren, dia mempunyai pandangan untuk membuat inovasi jilbab lukis.
Pemuda kreatif itu Rangga Bisma Aditya. Dia merupakan direktur Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Tunas Pratama Kota Blitar. Dia berinisiatif mengembangkan jilbab lukis itu kepada warga sekitarnya. Terutama untuk ibu rumah tangga, siswa yang baru lulus, siswa putus sekolah, dan warga yang tak punya pekerjaaan.
“Jadi, di sini kami menginspirasi warga untuk bisa berkreasi. Sehingga ke depan mereka bisa mandiri mengandalkan skill dari belajar bersama kami sekaligus bekerja sama membuat industri jilbab lukis ini. Mengingat jilbab lukis ini bisa dibilang baru dan bakal banyak yang gandrung,” ungkap Rangga kepada BLITARTIMES, Jumat (27/10/2017).
Menurut dia, jilbab lukis ini mempunyai nilai seni tinggi karena mempunyai corak lukisan yang bervariasi motifnya. Tentunya tidak akan ada jilbab dengan motif yang sama.
Saat ini, kota-kota besar sudah mengenal jilbab lukis ini. Bahkan permintaan tergolong tinggi. Sehingga, pengrajin jilbab lukis ini kewalahan dalam memenuhi permintaan pasar. Itu karena memang melukis jilbab ini butuh waktu dan konsentrasi. Melukis satu jilbab butuh waktu ber jam-jam.
“Contohnya salah satu pendidik kami, Bu Maria, yang asli Sidoarjo. Di sana jilbab lukis buatannya laris sekali. Dia keliling di dinas-dinas selalu habis. Karena itu, kami kembangkan kerajinan ini dengan mengajarkan warga sekitar sini untuk belajar melukis jilbab. Harapannya warga Blitar bisa jadi pengrajin yang bisa membantu memenuhi permintaan jilbab lukis yang lagi booming di kota-kota besar,” ungkapnya.
Dia memaparkan bahwa usaha jilbab lukis ini merupakan prospek pasar yang bagus, khususnya di Indonesia. Sebab, Indonesia sendiri memiliki polulasi muslim terbesar. "Jadi, bisa dibilang ini penemuan baru model jilbab. Sepengetahuan saya di Blitar belum ada yang seperti ini. Jadi, kalau mereka bisa membatik di jilbab ini, ke depannya mereka mudah memasarkannya karena jarang barang sejenis,” kata Rangga.
Pelatihan terhadap warga ini tak hanya sebatas keahlian membatik jilbab . Dalam pelatihan selama dua minggu ini, mereka juga diajarkan cara memasarkan jilbab, baik via teknologi muapun konvensional. “Nantinya bisa dirancang perkumpulan warga ini bikin perusahaan startup, yaitu perusahaan yang memasarkan produk pakai teknologi,” pungkasnya.(*)