Di balik profesinya sehari-hari menjadi tukang tambal ban di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Jamiludin ternyata jago dalam bermain alat musik kecapi dan siter. Alunan musik tersebut selalu menemaninya di tengah menunggu pelanggan.
Tidak hanya sekadar memainkan alat musiknya saja yang sudah menjadi hobinya sejak tahun 1980, Jamil juga mahir dalam membuat alat musik kecapi dan siter.
Bahan yang ia gunakan untuk membuat kedua alat itu pun sangat sederhana dan dari barang bekas, seperti kawat dan kayu.
Meskipun dari barang bekas dan tergolong mudah didapat, suara yang dihasilkan sangat merdu. Sudah ada sekitar 100 alat yang ia hasilkan sejak tahun 80 an.
Alat musik buatanya ini harganya cukup terjangkau, namun sangat berkualitas. “Sejak tahun 1980-an saya sudah buat banyak,” ungkap pria yang dikaruniai empat anak ini.
Sedangkan Jamil sudah menjalani profesi sebagai tukang tambal ban sejak tahun 1978. Karena itu, ia mengembangkan keahliannya di dunia musik agar usahanya itu tidak monoton.
“Supaya tidak bosan. Jadi main ini saja saat menunggu pelanggan datang, sambil menghibur orang yang lewat,” imbuh pria 67 tahun ini.
Keahlian bermain musik secara otodidak itu, membuat Jamil juga tampil di beberapa acara, termasuk acara di Balai Kota Among Tani beberapa tahun lalu.
Baginya, bermain alat musik ini bisa menjadi obat kangennya saat tahun 80an. Karena pada tahun tersebut, banyak masyarakat yang masih senang dengan alat musik yang dimainkannya.
"Jarang ada kegiatan sekarang. Dulu setiap malam selalu tampil menghibur warga. Nyanyi tembang jawa," katanya , Sabtu (11/11/2017).
Setiap harinya, Jamil pagi hari melakoni jadi tukang tambal ban. Kemudian malam harinya ia membuat Kecapi. Penghasilannya juga tergantung pesanan.
Tetapi, tak sedikitpun ia mengeluh, dan sangat menikmati pekerjaannya sekarang. “Yang penting bisa buat makan dulu. Dan saya senang menjalaninya,” ujar suami Farida Andriyani ini.