Bencana alam yang menimpa Kabupetan Pacitan lalu menggugah sejumlah 200 pelajar MI Darul Ulum Kota Batu untuk menggalang dana peduli Pacitan. Dalam kurun waktu selama dua jam pelajar ini berhasil mengumpulkan dana hingga Rp 6,8 juta, Senin (11/12/2017).
Para pelajar ini menggalang dana ini dengan berkeliling di area masyarakat di Jalan Lahor, Desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu. Lalu mereka berjalan menuju Balai Kota Among Tani menggalang dana kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) Kota Batu:
Bahkan para pelajar itu door to door menghampiri kantor-kantor di Balai Kota Among Tani. Dengan penuh semangat pelajar ini juga memberikan sejumlah 500 tangkai bunga mawar yang sebelumnya sudah dikemas sendiri oleh para pelajar kepada para ASN.
Pelajar MI Darul Ulum Batu, Azkiya Maziyatul Ilmi mengatakan sangat senang bisa membantu korban bencana banjir bandang di Pacitan. Keterlibatannya itu, menjadi kegiatan sosial pertamanya.
“Senang bisa bantu korban bencana banjir bandang di Pacitan. Buat pengalaman juga supaya bisa merasakan untuk menggalang dana,” ungkap Azkiya usai penggalangan dana di Balai Kota Among Tani.
Semangat pelajar saat menggalang dana tersebut sempat membuat kesan para masyarakat dan para ASN Kota Batu karena kepedulian sosialnya.
PC Ikatan Putera Nahdlatul Ulama (IPNU) Kota Batu Mukhamad Wildham Amruloh menjelaskan keterlibatan para pelajar dalam aksi sosial itu adalah untuk mulai menanamkan jiwa sosial. Rencananya dari hasil penggalangan dana tersebut diberikan secara tunai.
“Kami mengajak pelajar agar mulai tumbuh jiwa sosialnya. Sekaligus memberikan pemgetahuan proses kegiatan seperti ini,” kata Wildham.
Ia berharap dengan dana yang digalang dari hasil jerih payah pelajar tersebut bisa tersalurkan dengan tepat sasaran. “Ya semoga nanti uang kami berikan bisa tepat sasaran,” imbuhnya kepada BatuTIMES.
Sementara itu, Kepala MI Darul Ulum Kota Batu Ulul Azmi berharap dari kegiatan tersebut jiwa sosial dari para pelajarnya sudah tertanam sejak dini. Sedikit cerita, mulanya kegiatan ini dilakukakan oleh pelajar kelas IV hingga VI, namun ada beberapa pelajar dari kelas II yang menyerobot untuk ikut karena antusiasnya dalam kegiatan sosial tersebut.
“Iya awalnya hanya untuk kelas IV-VI saja yang gakang dana. Tapi tiba-tiba kok dari kelas II mau ikut, ya sudah kita perbolehkan. Karena mereka semangat,” jelasnya.