Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Pengrajin Bubut Limbah kayu Asal Serut Tulungagung Ini Terus Bertahan di Tengah Canggihnya Teknologi

Penulis : Andi Mahifal - Editor : Heryanto

31 - Dec - 2017, 09:03

Placeholder
Syukur, salah satu warga Desa Serut yang memproduksi kerajinan bubut dari limbah kayu untuk dijadikan gagang peralatan rumah tangga dan pertukangan. Rabu, (28/12/2017), (foto Andi mahifal/Tulungagung TIMES)

Potensi ekonomi kreatif lain Desa Serut yang sudah dikenal sampai keluar wilayah Tulungagung adalah kerajinan bubut kayu. Berbagai bentuk dan ukuran bubutan kayu dikirim ke Surabaya dan Malang untuk dijadikan gagang peralatan rumah tangga.

Salah satu pelaku usaha kreatif  bubut kayu warga Desa Serut adalah Syakur. Terhitung sudah sejak tahun 1992, pria kelahiran 43 tahun lalu ini sudah mulai menekuni usaha kreatif kerajinan bubut kayu.

“Ide awalnya dulu ada tetangga yang membuat kerajinan bubut, kemudian saya ikut kerja di situ. Akhirnya punya keinginan untuk mengembangkan usaha sendiri,” ungkap Syukur pada Tulungagung TIMES, Rabu (27/12/2017).

Produk kerajinan bubut kayu tersebut nantinya dijadikan gagang alat rumah tangga, mulai dari gagang sutil, gagang serok, gagang sekop, dan juga tongkat untuk kebutuhan anak-anak sekolah.

Dalam satu hari, Syukur mampu memproduksi 300-400 biji kayu bubutan. Dalam pengerjaannya, ia dibantu tiga karyawan dengan didukung satu set mesin bubut sederhana.

Tantangan yang dihadapi pengusaha bubut kayu di era modern sekarang cukup banyak. Mulai dari persaingan pasar yang sangat ketat, ketersediaan bahan baku, serta kendala Sumber Daya Manusia (SDM).

“Di era modern sekarang ini banyak produk gagang alat-alat rumah tangga yang dibuat dari plastik dan pipa. Karena itu, permintaan bubut kayu tidak seperti dulu yang banyak sekali. Tahun 2002, dalam satu minggu permintaan bisa mencapai 15.000 biji.  Sejak tahun 2006 ke sini permintaan semakin surut,” keluhnya.

Kendala lain, pria pemilik usaha bubut kayu melanjutkan,  sulitnya mencari tenaga kerja yang ahli dalam bubut kayu. Minat orang untuk belajar bubut minim sekali. kebanyakan mereka lebih suka bekerja harian yang langsung memperoleh bayaran.  

Ketersediaan bahan baku berupa kayu semakin hari semakin langka dan mahal. “Karena harga kayu mahal, saya hanya mengolah limbah kayu yang kecil-kecil sisa untuk membuat kaso dan reng,” pungkas Syukur.

Ditanya harapan, ia ingin mengembangkan usahanya dalam bidang bubut. Masih banyak potensi peralatan rumah tangga lain yang membutuhkan gagang dari kayu. Namun kendalaya harus dikerjakan dengan alat yang canggih. Dari situ ia berharap pemerintah mau memberikan bantuan untuk mengembangkan usahanya.


Topik

Peristiwa tulungagung berita-tulungagung



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Andi Mahifal

Editor

Heryanto