Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Pemerintahan

Agens Antagonis Kembali Dimassifkan di Kabupaten Malang

Penulis : Dede Nana - Editor : Heryanto

19 - Aug - 2018, 11:44

Placeholder
Bupati Malang Rendra Kresna dan Kadis TPHP Kabupaten Malang Budiar serta penyuluh pertanian saat akan mempraktekkan cara pembuatan agens hayati di Gondanglegi kepada petani (Nana)

Kabupaten Malang kembali mengintensifkan keberadaan agens antagonis. Agens sejak tahun 2015 lalu telah diresmikan di wilayah bumi Arema ini.

Agens yang dibuat dalam upaya sebagai pengendali yang bergerak sendiri mencari  musuh alam yang bersifat predator. Serta telah membuat petani kerap bemuram durja dikarenakan para musuh alam yang menyerangnya.

Agens antagonis ini bahkan sempat mengalami modifikasi di laboratorium maupun di lapangan agar dapat beradaftasi lebih baik terhadap lingkungan di tempat mereka akan di lepaskan.

Sayangnya, di tahun 2017 lalu, pemanfaatan agens antagonis tersebut ternyata tidak atau belum diterima oleh para petani. 

Dari data Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang, yang menggunakan agens antagonis atau lebih familiar disebut agens hayati ini hanya 20 kelompok tani saja.

Dari 100 desa yang saat awal diluncurkan siap untuk mempergunakan agens hayati.

Kondisi inilah yang membuat DTPHP Kabupaten Malang di bawah kepemimpinan baru Kepala Dinasnya, Budiar Anwar kembali akan memassifkan keberadaan dan pemakaian agens hayati kepada petani.

Hal ini mulai terlihat di setiap acara Bina Desa, dimana pihak DTPHP Kabupaten Malang mulai kembali menggalakkan pelatihan pembuatan agens hayati.

"Kita memiliki laboratorium sendiri serta telah berhasil mengembangkan agens hayati. Tapi memang belum begitu massif dipergunakan petani. Karenanya kita kembali untuk memassifkannya kembali. Ini sebagai bentuk perlindungan lingkungan tanah sebagai lahan petani," kata Budiar Anwar Kepala Dinas TPHP Kabupaten Malang, Minggu (19/8/2018).

Agens Antagonis atau Hayati merupakan mikroorganisme  yang dapat menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan. Terutama patogen tular tanah dengan cara persaingan hidup dan bloking area.

Melalui agens hayati tersebut berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT), seperti Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Fusarium sp, Pythium, Phytoptora sp, akar gada, Pseudomonas solanacearum sp., dan Kresek pada padi, bisa dikendalikan.

Budiar menjelaskan, penggunaan agens hayati memiliki banyak faedah bagi para petani. Misalnya, pengendalian hayati bersifat selektif, agens hayati dapat mencari sendiri inang atau mangsanya, serta bisa berjalan dengan sendirinya. 

Selain itu tidak menimbulkan resistensi terhadap serangga inang atau mangsa. "Serta tentunya pengendalian hayati relatif murah dan aman dibandingkan dengan penggunaan pestisida," ujarnya.

Untuk memassifkan kembali penggunaan hayati tersebut, DTPHP Kabupaten Malang kembali melakukan berbagai sosialisasi maupun pelatihan pembuatan agens hayati. Seperti yang diperlihatkan dalam Bina Desa di Desa Putukrejo, Kecamatan Gondanglegi, beberapa waktu lalu.

Pelatihan yang dilakukan oleh para penyuluh pertanian dari DTPHP Kabupaten Malang difokuskan pada pembuatan agens hayati. Sehingga nantinya para petani bisa membuat sendiri agens hayati tersebut.

Kepala DTPHP Kabupaten Malang Budiar akan kembali memassifkan penggunaan agens hayati (Nana)

Ada beberapa mikroorganisme yang bisa digunakan dalam pembuatan agens hayati tersebut, misanya Trichoderma spp.

Trichoderma spp merupakan jamur atau cendawan yang tergolong dalam kelas ascomycetes. Dimana jamur ini dapat dimanfaatkan untuk melawan perkembangbiakan jamur patogen pada tanaman.

Biasanya jamur ini dapat ditemukan di alam, khususnya di dalam tanah hutan ataupun tanah pertanian dan juga pada tunggul kayu. 

Cara pembuatan agens Antagonis atau hayati seperti yang dilansir www.nuansa.web.id adalah sebagai berikut :

1. Bahan :

- Ember atau wadah plastik berkapasitas 50 liter

- Aerator untuk aquarium dan selangnya

- 2,5 kg Gula merah

- 5 kg Pupuk organik atau dapat juga pupuk kompos

- 250 g Mikroorganisme pengurai Trichoderma

2. Cara Membuat Trichoderma Cair 

- Masukkan air kedalam ember/wadah plastik sebanyak setengah kapasitasnya

- Lalu masukkan molase atau gula merah kedalam ember dan aduk hingga merata

- Masukkan Trichoderma kedalam wadah dan aduk secara merata

- Tahap selanjutnya masukkan pupuk kandang kedalam ember

- Kemudian tambahkan air secukupnya atau sampai memenuhi ember, kemudian aduk hingga merata,

- Setelah itu masukkan ujung selang aerator pada dasar wadah/ ember dengan cara dibebani dengan batu

- Nyalakan aerator selama 1 minggu dengan ember/wadah dalam posisi terbuka,

- Biarkan minimal selama 1 minggu setelah itu pupuk organik siap digunakan.

3. Cara penggunaan Trichoderma 

Hasil fermentasi tadi disaring dengan menggunakan saringan yang halus atau dapat juga menggunakan kain.

Kemudian cairan yang kita peroleh dari proses penyaringan dapat digunakan untuk menyemprot tanaman dengan cara dincerkan dengan perbandingan 1 liter Trichoderma cair dengan 5 sampai 10 liter air tergantung dengan jenis tanaman yang akan kita semprot.


Topik

Pemerintahan Agens-Antagonis DTPHP-Kabupaten-Malang Bupati-Malang Rendra-Kresna



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Dede Nana

Editor

Heryanto