Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Pendidikan

Mahasiswa Unisba Blitar Kenalkan Anak pada Dunia Pertanian Sejak Dini

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Heryanto

26 - Sep - 2018, 15:26

Placeholder
Mahasiswa KKN Unisba Blitar memberi edukasi pelajar SD kenali pertanian (Foto : Aunur Rofiq/BliarTIMES)

Bercocok tanam kini tidak lagi menjadi suatu kegiatan yang hanya identik dengan orang dewasa saja. Sekarang, para anak-anak pun bisa melakukan kegiatan yang lekat dengan profesi para petani ini.

Menggunakan teknik Vertikultur ternyata acara tanam menanam dapat menjadi lebih menyenangkan.

Hal ini dibuktikan oleh ratusan pelajar dari Desa Jati, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.

Kegiatan yang diadakan selama dua hari, tanggal 7 dan 8 September 2018 ini, merupakan rangkaian dari kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh kelompok kuliah kerja nyata atau KKN Mahasiswa Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar.

Kegiatan bercocok tanam yang menggunakan teknik Vertikultur tersebut menyasar ratusan siswa sekolah dasar.

Teknik Vertikultur sendiri merupakan teknik menanam yang cocok digunakan pada lahan yang sempit.

Dengan menggunakan teknik budidaya tanaman secara vertikal, kita dapat memanfaatkan lahan yang ada untuk bercocok tanam dengan optimal.

Teknik ini bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai media, seperti pipa paralon, botol bekas, pot, polybag atau wadah lainnya untuk kemudian diisi dengan tanah atau arang sekam.

Tamanan yang dapat ditanam menggunakan teknik veltikultur ini biasanya sayur mayur seperti, sawi,selada, kubis, wortel, tomat, terong dan cabai.

Pada pelaksanaannya, para anak-anak yang terdiri dari pelajar kelas satu hingga kelas enam SD ini, dilibatkan untuk membuat media penanaman mereka sendiri dibantu oleh Mahasiswa KKN Unisba.

Media penanaman vertikultur ini terbuat dari botol air mineral bekas kemasan 1.500 ml. Media tersebut dibuat menjadi dua jenis, yaitu model gantungan dan model tingkatan.

Untuk model gantungan, semua anak  diwajibkan membuat satu buah per anak, sedangkan untuk model tingkatan berisi tiga sampai empat buah botol air mineral yang dibelah menjadi dua bagian kemudian disusun menjadi 3-4 tingkatan.

Setelah media tanam siap langkah selanjutnya adalah  mengisi media tanam dengan menggunakan campuran kompos, tanah dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1, sedangkan bibit tanaman sayur yang digunakan adalah  bayam merah, caisim, selada, pakcoy dan kangkung.

“Anak-anak merasa sangat senang dengan vertikultur milik mereka. Mereka juga mengaku sangat tertarik dengan metode vertikultur dan akan menerapkan teknik ini di lingkungan tempat tinggal mereka,” kata Eko Siswanto, Koordinator Program KKN Desa Jati.  

Eko menjelaskan, tujuan dari kegiatan ini sebenarnya sangat sederhana yakni mengajarkan kepada anak-anak bagaimana berkebun sayur mayur dengan menggunakan teknik vertikultur.

Selain itu melalui kegiatan ini juga dapat menambah pengetahuan para pelajar tentang beragam jenis tanaman sayur serta manfaaat yang dikandungnya.

“Sehingga harapannya adalah anak-anak terutama para pelajar ini dapat mulai atau bahkan menyukai mengonsumsi sayuran. Menurut data riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) sebanyak 93 persen anak-anak di Indonesia tidak cukup mengonsumsi sayur. Rendahnya tingkat konsumsi anak-anak terhadap sayur ini di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya seperti keluarga yang kurang mengenalkan makanan sayur sejak dini, lingkungan sekitar dipenuhi jajanan tidak sehat, lingkungan sekolah yang kurang mengenalkan informasi tentang manfaat sayuran bagi kesehatan dan faktor lainnya,” jelas dia.

Lanjut Eko menyampaikan, hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak usia sekolah dasar (usia 6-12 tahun) sebesar 9,2 persen yang dimana kegemukan adalah salah satu resiko yang diakibatkan oleh minimnya konsumsi sayuran.

Di wilayah Jawa Timur sendiri, angka pravelensinya lebih tinggi dibanding tingkat nasional, yaitu 10,9 persen (Kemenkes RI, 2012). Resiko lain yang bisa menjangkit adalah kurang optimalnya perkembangan tingkat kecerdasan anak. Padahal usia sekolah dasar dikenal dengan golden age (usia emas).

“Jadi, jangan ragu untuk mulai mengajarkan anak kita menanam sejak dini, karena mereka adalah genarasi emas Bangsa Indonesia,” pungkasnya.


Topik

Pendidikan berita-blitar Mahasiswa-Unisba-Blitar Kenalkan-Anak-pada-Dunia-Pertanian



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Heryanto