Kerusuhan di Universitas Kanjuruhan (Unikama) Senin (15/10/2018) sudah berakhir. Saat ini, suasana sudah berangsur kondusif.
Namun terkait kerusuhan tersebut, kedua pihak yang berseteru saling menuduh melakukan gaya premanisme hingga akhirnya terjadi bentrok.
Rektor Unikama Pieter Sahertian mengungkapkan, pihak PPLP PT PGRI kubu Christea Frisdiantara melakukan gaya premanisme untuk mengusai kampus. Pieter sendiri berada di kubu PPP PT PGRI-nya Soedja'i.
"Gaya premanisme itulah yang seharusnya tak boleh ada di kampus. Tapi ini kok terus dipelihara kampus. Kan itu tidak mendidik," ujarnya (15/10/2018).
Pieter juga mengungkapkan bahwa massa yang sempat bentrok di Unikama tersebut sebelumnya muncul dari arah timur. Arah tersebut merupakan arah dari rumah Salamet Riyadi selaku wakil PPLP PT PGRI kubu Christea.
Meskipun Salamet tidak muncul saat terjadinya aksi bentrok, Pieter yakin Salamet merupakan dalang aksi tersebut. "Memang kami belum ada bukti. Tapi saya yakin otaknya dari Pak Selamet karena setiap koridinasi selalu di rumahnya," ucap dia.
Bentrok itu mengakibatkan sejumlah ruangan di Unikama rusak berat. Bahkan, ruang rektorat dilaporkan porak-poranda karena kaca dipecahkan dan sejumlah meja kursi dibalik.v
Sementara itu, pihak PPLP PT PGRI kubu Christea Frisdiantara melalui wakilnya, Salamet Riyadi, juga menuding Pieter sebagai dalang kerusuhan tersebut. Bahkan, satpam dari pihaknya diakui Salamet menjadi korban pemukulan dengan menggunakan sebuah kayu.
"Ada lagi yang namanya Joice Soraya cs ini. Dia malah membawa batu dari luar kemudian malah melempari mahasiswa. Dia ini malah seperti preman. Dia dosen, tapi bukan dosen sebenarnya," ungkap Salamet. "Nah ini dosen malah memusuhi mahasiswa. Ini tidak masuk akal. Semua karyawannya bawa batu, melempari yang ada di rektorat. Bahkan dia juga mengerahkan preman," tambahnya.
Untuk situasi saat ini, kampus Unikama sudah kondusif. Namun nampal masih beberapa aparat kepolisian berseragam preman masih mengawasi situasi untuk mengantisipasi kerusahan kembali terulang. (*)