Indonesia merupakan salah satu penyumbang penyebaran penyakit Tuberchulosis (TBC) di dunia.
Saat ini Indonesia menempati rangking ke 3 setelah India dan China.
Hampir bisa dipastikan, semua orang di indonesia sudah terjangkiy bakteri TBC yang tidur dalam tubuh. Bakteri itu akan aktif saat kondisi tubuh turun.
"Jika daya tahan turun, maka bakteri TBC dalam tubuh akan aktif," ujar Kadis Kesehatan Kabupaten Tulungagung melalui Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung, Didik Eka.
Daya tahan tubuh akan menurun, kata Didik pada manusia lanjut usia (lansia) atau yang berusia 55 tahun keatas, saat sakit, pada penderita HIV, penderita diabetes melitus (DM), dan penderita gizi buruk (gizbur).
Untuk mengantisipasi dan juga menemukan penderita TBC yang masih minim, pihaknya mengumpulkan orang yang dianggap berpotensi mengidap TBC.
Total ada sekitar 800 orang diperiksa dengan dirongtsen untuk menentukan terjangkit TBC atau tidak.
"Sampling 25 orang dari tiap puskesmas atau sekitar 800 orang," ujar Didik lebih lanjut.
Kegiatan ini dinamakan Screenening penafisan TBC pada populasi beresiko. Orang yang beresiko ialah pada lansia, perokok, penderita DM dan gizbur.
Penafisan atau screening diprioritaskan pada warga yang tidak mengikuti jaminan kesehatan.
Program ini baru dilaksankan tahun ini, karena anggaran baru tahun ini.
Jika sesuai perkiraan, di Tulungagung seharusnya menemukan 3.934 penderita baru tiap tahun.
Tahun ini baru ditemukan penderita baru 832 dari target 2.088 penderita yang harus ditemukan.
jumlah 2.088 itu baru 70% dari jumlah total yang harus ditemukan sebanyak 3934 penderita baru.
Tahun 2017 kemarin, pihaknya menemukan 1000 lebih penderita baru TBC.
Selanjutnya penderita baru yang ditemukan akan diobati tanpa biaya sampai sembuh.
"Akan diobati sampai sembuh tanpa dipungut biaya sepeserpun," tandas Didik Eka.