Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Pendidikan

Menteri Pendidikan Menjelaskan Makna NU sebagai 'Organisasi Radikal' yang Ada di Buku Pelajaran SD

Penulis : Imarotul Izzah - Editor : A Yahya

07 - Feb - 2019, 19:02

Placeholder
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhajir Effendy (foto: Imarotul Izzah/Malang Times)

Baru-baru ini, buku pelajaran kelas V Sekolah Dasar (SD) diprotes oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Buku berjudul Peristiwa Dalam Kehidupan ini menyebut Nahdlatul Ulama (NU) sebagai 'organisasi radikal' yang sama dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Buku dengan sampul gambar anak-anak ini diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2017. Buku setebal 226 halaman ini berjudul Peristiwa dalam Kehidupan dan di bawah judul tertulis Tema 7 Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhajir Effendy menyatakan bahwa buku itu akan segera ditarik dari peredaran. Buku itu sendiri diproduksi berdasarkan peraturan menteri nomor 57 tajun 2014 sebagai bentuk implementasi dari kurikulum 2013.

"Kemudian direvisi dengan peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 34 tahun 2016. Jadi sebelum saya menjadi menteri. Artinya, buku itu sebetulnya  sebelum saya sudah ada," jelasnya saat ditemui usai acara Sarasehan Kebangsaan Pra Tanwir di Theater UMM Dome tadi (7/2).

Nah, kata radikal dalam buku itu menurut Muhadjir sebetulnya berasal dari sejarah tentang perjuangan nasional kemerdekaan. Ia menjelaskan bahwa pada tahun 20-an berdiri organisasi-organisasi. Kemudian, oleh tim penulis sejarah itu, organisasi dicirikan memiliki watak nonkooperatif. Dalam artian, tidak mau berkompromi dengan pemerintah kolonial.

"Nah itulah yang kemudian dikategorikan sebagai organisasi radikal. Jadi sebetulnya kata radikal itu dalam konteks melawan penjajah kolonial," tandas Muhajir.

Nah, ketika buku itu disusun, kata radikal belum menjadi kata yang peyoratif. Berbeda dengan sekarang yang justru terkesan sensitif. "Jadi kalau dulu menurut ilmu bahasa, itu frasa atau kata yang amelioratif, yang punya rasa baik. Kalau sekarang kan jadi negatif radikal itu," imbuhnya.

Muhadjir sendiri menyatakan ia sangat mengapresiasi laporan dari para guru yang menemukan wacana itu. "Karena itu saya sangat mengapresiasi ada guru-guru yang sangat kritis kemudian menyampaikan ke saya langsung tentang itu," ujarnya.

Muhajir kemudian segera meresponnya. Ia juga telah mengundang pihak terkait dan kemarin (6/1) sudah ada kesepakatan dengan Kemendikbud bahwa wacana itu akan direvisi. "Dan revisinya bisa secepatnya. Hari ini saya lihat sudah pertemuan. Kemudian dalam waktu dekat sudah akan kita share," terangnya.

Softcopy revisi dari buku itu akan tersedia di laman website Kemendikbud. Sedangkan yang lama sudah ditarik. Begitu juga dengan hardcopy buku-buku tersebut. Muhadjir menegaskan, meski buku itu sudah tersebar, ia akan menariknya semuanya. "Yang penting harus segera ditarik jangan sampai nanti berkelanjutan," pungkasnya.


Topik

Pendidikan berita-malang Menjelaskan-Makna-NU- sebagai-'Organisasi-Radikal'



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Imarotul Izzah

Editor

A Yahya