Politisi PDIP Eva Kusuma Sundari yang juga merupakan calon legislatif di Dapil VI Jawa Timur DPR RI mengungkapkan kesedihannya atas upaya Politisasi agama. Hal itu disampaikan karena adanya dugaan masjid di Jabalsari Kecamatan Sumbergempol di isi dengan kegiatan politik Sabtu (02/03) lalu. ""i menyedihkan, politisasi agama dan tempat ibadah," kata Eva
Dugaan Politisasi ditempat ibadah menurut Eva tidak layak dilakukan di Tulungagung yang masyarakatnya sudah melek aturan politik. Bahkan, dalam pengalamannya menjadi wakil rakyat mewakili masyarakat Tulungagung dirinya yakin jika masyarakat adalah pengawas terbaik. "Tapi masyarakat Tulungagung ini cerdas dan melek aturan politik. Masyarakat adalah pengawas yang terbaik dan semua orang bisa jado pengawas (dalam pemilu)," ungkapnya
Karena upaya Politisasi yang hendak dilakukan itu juga dibahas di masyarakat sekitar bahkan di media sosial, menurut Eva Bawaslu telah terbantu mendapatkan informasi penting dalam tugasnya untuk mengawasi. "Panwas harus terima kasih ke masyarakat yang kritis," terangnya
Sebelumnya, Warga Dusun Genengan Desa Jabalsari Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung heboh. Pasalnya, pada Sabu (02/03) lalu ada kegiatan di dalam masjid di wilayahnya yang di sinyalir berbau kampanye. "Kegiatan itu dibalut dengan pertemuan, kemudian ternyata ada calon anggota legislatif dengan partai tertentu datang dan memperkenalkan diri," kata NY (35) seorang warga memberikan informasi pada awak media
Karena di dalam lingkungan masjid masyarakatnya mempunyai banyak pilihan politik, ada di antaranya tidak setuju jika masjid yang seharusnya di gunakan beribadah itu di jadikan tempat kegiatan politik. "Bahkan ada yang mengambil gambar, tapi saya temui tidak bisa. Dirumah tidak ada, dia takut sampai nomor WA nya tidak aktif juga," jelasnya
Menanggapi hal itu, Kepala Desa Jabalsari Sunarti saat dikonfirmasi awalnya tidak tau. Namun, setelah meminta informasi dari perangkat, Kepala Desa memberi keterangan dan membenarkan adanya kegiatan yang dimaksud. "Kegiatan dihadiri oleh dua orang yang mengaku kyai, tapi jamaah yang datang tidak banyak karena hujan. Urusan ada kaitan politik atau tidak saya tidak tau, tapi memang kejadian yang dimaksud ada," jelasnya Senin (04/03) siang
Ketua Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan (Panwascam) Sumbergempol Abdul Hasan memberikan penjelasan terkait simpang siurnya informasi yang di masyarakat. "Saat kegiatan itu ada panitia pengawas desa (PPD), memang benar ada orang yang datang menggunakan mobil dengan branding partai atau caleg," kata Hasan tanpa menjelaskan partai dan Caleg apa
Selain itu, ada tokoh yang mengaku sebagai pendiri NU juga datang dan memberikan sambutan posisi NU dalam Pilpres tahun 2019 ini. "Dia mengaku cucu atau cicit pendiri NU, kemudian memberi sambutan jika baik pilih capres nomor 01 atau 02 posisi NU tetap akan sama siapapun yang menang," paparnya
Panwascam belum menemukan adanya unsur kampanye dalam pertemuan itu, meski ada peserta yang menggunakan baju dengan lambang garuda merah dan mobil yang di branding peserta pemilu. Namun, Hasan menyayangkan jika kegiatan semacam itu dilakukan di tempat ibadah berupa masjid. "Jika sebelumnya kita dapat kabar kita bisa lakukan pencegahan dengan memberikan saran agar kegiatan dilakukan di rumah, bukan di masjidnya," tegasnya
Meski demikian, jika memang informasi yang mengatakan ada rekaman video kegiatan itu, Hasan berharap agar memperoleh secara utuh video yang dimaksud untuk dipelajari kembali. "Kita bisa pelajari lagi jika memang informasi adanya video itu benar, sementara dari keterangan PPD kegiatan yang dihadiri sebanyak 20 an orang itu hanya diskusi dan belum mengarahkan untuk memilih partai atau capres peserta pemilu," pungkasnya