Sebanyak 520 Guru PAUD dan TK se- Kabupaten Kediri mengikuti kegiatan acara Sosialisasi Empat Pilar yang digagas oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) di Basement Simpang Lima Gumul.
Kegiatan yang bertema "Sosialisasi Integrasi Nilai-nilai Pancasila dan Pendidikan Inklusi di PAUD dan TK" tersebut dilaksanakan oleh Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Kabupaten Kediri Bersama MPR RI.
Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini anggota MPR RI, Fraksi PDIP Eva Kusuma Sundari, Psikolog dari RSUD Gambiran, Kristin Sadtyaruni M Psi, Wasis dari DPRD Kabupaten Kediri dan Satriyani WR. MPd, Kepala SMP Pawyatan Daha 1 Kota Kediri. Acara ini dimoderatori oleh Lilik Astuti M.Pd Ketua Himpaudi dan Slamet Yudi M.Pd Ketua Himpunan TK.
Eva Kusuma Sundari ketika membuka acara mengajak para guru PAUD dan TK untuk mendidik siswa siswinya agar berkepribadian Pancasila demi terwujudnya generasi emas untuk mencapai target Indonesia Emas 2045.
“Ancaman fisik stunting harus dilawan karena bisa menggagalkan mereka menjadi sosok yang ber IQ, EQ, SQ tinggi sehingga gagal pula untuk menjadi sosok yang kompeten, berdaya juang tinggi. Sementara ekonomi global berkarakter dinamis, intens, dan kompetitif,” kata Eva Sundari kepada Kediritimes.com, Jumat (15/03/2019).
Lebih lanjut, Eva menjelaskan adanya ancaman global terhadap anak-anak berupa hoax dan ideologi intoleransi serta penyakit adiktif seperti narkoba, pornografi, game, gadget sekaligus kekerasan fisik, seksual, cyber bullying dan lain sebagainya.
“Ketika kejiwaan sudah rusak orang jadi tertutup hati, pikiran, dan nuraninya maka tidak mungkin mencintai apalagi mau berjuang untuk kepentingan bangsa dan negara,” tambah Eva Sundari sambil mengajak berkolaborasi (gotong royong) dalam membentuk generasi emas.
Sementara itu Kristin Sadtyaruni Psikolog dari RSUD Gambiran dalam kesempatan ini menuturkan, setuju pendekatan gotong royong dan konsep Pancasila yang intinya justru inklusifisme.
“Penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi anak kebutuhan khusus akan membantu para siswa lainnya dan para guru (bunda) untuk berkarakter dan mempraktikkan Pancasila di lingkungan sekolah,” papar Kristin.
Pada sesi akhir, Satriyani dan para fasilitator dari Kaukus Pancasila memandu diskusi kelompok para bunda untuk menyusun silabus yang mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila.
“Banyak ide menarik, misalnya mengajak para siswa untuk mengunjungi rumah ibadah agama-agama maupun pemeluk agama yang berbeda yang sedang merayakan hari besar agamanya, wisata religi. Ini untuk membangun karakter toleransi sebagai indikator sila 1 Pancasila,” ujar Satriyani.