Untuk menepis anggapan negatif terhadap Sahur On The Road (SOTR) yang biasanya bikin gaduh, Polres Tulungagung bersama Kodim Tulungagung gelar SOTR.
Biasanya SOTR identik dengan sound system yang menggelegar dan dengan diringi konvoi kendaraan bermotor.
Bukanya bermanfaat, justru banyak masyarakat yan mengeluhkan aktifitas SOTR ini.
Apalagi SOTR yang dilakukan oleh kelompok pemuda itu dilakukan pada tengah malam, lebih awal dari waktu sahur.
“Di Tulungagung juga ada kegiatan SOTR, namun demikian pada beberapa kesempatan itu menjadi sedikit menjadi keluhan dari warga,” ujr Kapolres Tulungagung, AKBP Tofik Sukendar, Minggu (19/5/19) dini hari.
Dalam SOTR ini, Kapolres bersama Komandan Kodim Tulungagung, Letkol Wildan Bahtiar menyelenggerakana SOTR yang lebih bermanfaat, dengan membagikan sekitar 300 kotak makanan untuk sahur.
Bagitu antusianya masyarakat dengan kegiatan ini, ratusan nasi kotak yang disediakan habis dalam waktu kurang dari 15 menit.
Ratusan nasi kotak itu dibagikan kepada tukang becak, pedagang dan orang yang melintas di sekitar Pasar Ngempalk Tulungagung.
“Kita bagikan makanan kepada para pengendara juga para pengunjung dan pedagang pasa (Ngemplak) untuk sahur,” terang Kapolres.
Kegiatan SOTR diawali dengan kegiatan patroli cipta kondisi secara bersama oleh Polres dan Kodim Tulungagung.
Dengan mengendarai puluhan motor, patroli diawali dari Mapolres di Jalan Ahmad Yani Timur nomer 24 sekitar pukul 02.00.
“Agar situasi di Tulungagung tetap aman dan kondusif,” kata Tofik dengan tegas.
Akhir-akhir ini di Tulungagung marak SOTR menggunakan sound system yang menggelegar.
Tak cukup sampai di situ, dentuman suara dari sound system yang menggetarkan rumah juga di iringi ratusan motor.
Tak ayal, niat yang awalnya baik menjadi mengganggu dan meresahkan masyarakat.
Banyak masyarakat resah dengan kegiatan SOTR yang menggunakan sound system menggelegar itu.
Salah satu warga Majan Kecamatan Kedungwaru yang enggan disebutkan namanya mengaku resah dengan kegiatan SOTR di wilayahnya.
Kelompok ini biasanya mulai aktifitasnya pada sekitar pukul 2 dinihari, dengan sound system menggelegar dan arak-arakan motor.
“Jendela kaca sampai bergetar, kasihan anak-anak kecil dan orang sakit,” ujar warga itu.
Arak-arakan SOTR itu biasanya berhenti di sekitar dam Majan dan melanjutkan aktifitasnya hingga menjelang Subuh.