Batik menjadi salah satu kekayaan di Kabupaten Malang yang semakin banyak dikenal publik. Tak sedikit perajin batik di bumi Arema ini yang dikenal di kancah nasional hingga internasional. Namun meski begitu, beberapa justru merasa masih kesulitan saat akan memasarkan produknya.
Owner Batik Lintang, Ita Fitriyah ST menyampaikan, selama ini perhatian Pemerintah Kabupaten Malang terbilang cukup baik. Terutama berkaitan dengan pemberian pelatihan kepada para perajin batik. Namun untuk proses pemasaran dia nilai masih kurang.
"Kalau pelatihan sangat sering, tapi kalau berkaitan dengan bantuan pemasaran dari pemerintah selama ini masih terbilang kurang. Kami lebih sering menggunakan channel atau link sendiri serta banyak mandiri," katanya pada wartawan saat ditemui di Galeri Lintang, Karangploso, Sabtu (14/12/2019).
Selama ini, menurutnya Pemkab Malang selain memberi banyak pelatihan juga beberapa kali mengajak pameran. Namun untuk penerimaan pesanan untuk kebutuhan Pemkab Malang sendiri masih belum banyak dilakukan. Sehingga selama ini perajin juga memanfaatkan waktu untuk mencari link lebih banyak saat pameran.
"Harapannya tidak hanya pelatihan, tapi juga banyak beri peluang pemasaran. Agar tidak hanya berhenti di pelatihan saja," tambah dia.
Alumnus ITN Malang ini menyampaikan, perajin batik memang harus terus berinovasi untuk tetap bertahan di pasar. Namun meski begitu perajin batik harus tetap memperhatikan kaidah dasar yang harus dimiliki. Terutama untuk perajin batik tulis yang saat ini jumlahnya memang tak sebanyak dulu.
Sebagai perajin batik tulis, dia menyampaikan jika inovasi yang dibuat juga harus sesuai dengan keinginan pasar. Terutama untuk corak, motif, dan pemilihan warna. Sehingga produk yang dihasilkan selalu dicari dan banyak mendapat perhatian.
"Karena bagaimana pun juga, batik itu merupakan salah satu warisan nenek moyang kita yang harus tetap kita pertahankan," imbuh dia.