Saat ini, bangsa Indonesia tengah diancam oleh politik identitas.
Adanya politik identitas menimbulkan munculnya politics of crowds atau politik gerombolan yang hanya memikirkan bagaimana cara kita menikmati privilege politik dan privilege ekonomi.
Tidak memikirkan bagaimana kehidupan generasi anak bangsa agar berubah lebih baik lagi.
"Kita takut di-exclude, kita takut dikucilkan, kita takut dikecualikan kalau kita tidak menggunakan baju yang sama, tidak punya pemikiran yang sama, sehingga berbondong-bondong orang itu pasrah menjadi bagian dari kelompok gerombolan tadi karena ada politics of crowds," beber Rektor UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Prof Masdar Hilmy SAg MA PhD.
Hilmy menjadi keynote speaker Seminar Sehari Halaqah Perdamaian "Belajar dari Rekonsiliasi Korban dan Mantan Pelaku Terorisme" di Auditorium Nuswantara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya, Rabu (19/2/2020).
Lantas, bagaimana sebaiknya masyarakat menanggapi adanya politik gerombolan ini?
Pertama, perdamaian harus dibuat bukan semata-mata secara ideologis.
"Melainkan perdamaian yang didukung oleh keseimbangan sosial, politik, dan ekonomi," sambung Masdar.
Kedua, jangan mau diperbudak oleh ideologi. Namun, hal ini bukan berarti manusia tak punya ideologi.
"Kita tetap boleh ideologis, tapi ideologi tadi itu tidak boleh menjadi penguasa bagi berbagai hal dalam kehidupan kita," katanya.
Ideologi merupakan satu segmen kecil dalam kehidupan kita.
Dan menurut Masdar, yang harus lebih dominan adalah akal sehat.
"Yang lebih dominan menurut saya adalah rasio, bukan ideologis," ucapnya.
Jadi, menempatkan berbagai hal dalam perspektif akal sehat. Mengkritisi agama dengan secara akal sehat, menundukkan dalam konteks akal sehat, hingga budaya juga seperti itu, maka secara otomatis akan ada proses moderasi.
"Ada proses jalan tengah yang nantinya tidak membuat kita kalap, buta mata, dan buta hati mengikuti suatu aliran ideologi secara membabi-buta, mengkampanyekan dengan cara mengorbankan kehidupan Anda, mengorbankan anak istri Anda hanya untuk satu ideologi," tandasnya.