SURABAYATIMES - Munculnya nama Puti Guntur Soekarno dalam kontestasi bakal calon wali kota Surabaya mendapat perhatian dari pengamat. Cucu Soekarno itu dinilai tidak akan maju dalam Pilwali Surabaya 2020.
"Mbak Puti tidak ingin dinilai orang haus jabatan atau kemaruk, 2018 direkom jadi wakil gubernur, 2019 nyaleg, sekarang melepas legislatif untuk pilwali mbak Puti tahu diri agar tidak dinilai haus jabatan," ujar Sosiolog Politik Unesa Agus Mahfud Fauzi, Minggu (15/3).
Menurutnya, Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana (WS) punya peluang untuk direkom menjadi Wali Kota Surabaya. Meski begitu, tarik menarik di internal PDI Perjuangan Kota Surabaya juga cukup kuat.
"Mas WS luar biasa, (calon) yang dibawa Bu Risma juga luar biasa," tegasnya.
Mantan komisioner KPU Jawa Timur ini melihat, Tri Rismaharini memiliki kedekatan dengan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri. Namun, kondisi itu bukan jaminan calon yang diusulkan oleh Risma akan direkom oleh Megawati.
"Belum paten, karena pada pilkada kemarin 2018 dan 2019 Bu Risma tidak ambil peran," ungkapnya.
Karena itu, yang potensial menjadi pembisik Megawati dalam Pilwali Surabaya adalah Puti Guntur Soekarno. Faktor genetik menadi pertimbangan utama. Faktor kekerabatannya dengan Megawati menjadi nilai lebih.
"Mbak Puti jadi pembisik Bu Mega pesaing Risma. Kalau dulu Bu Risma karena ego sektoral perempuan, sekarang keberadaan Mbak Puti jadi pesaing Risma. Garis keturunan Mbak Puti kekuatan lebih," ujarnya.
Agus melihat penentu rekom PDI Perjuangan untuk Pilwali Surabaya bukan dari lokal Surabaya. Tetapi, segala informasi yang masuk ke Megawati, akan menjadi pertimbangan rekom.
"PDIP mendasari rekom berdasarkan hasil survei. Yang terakhir ketika tidak ada titik temu, Bu Mega akan menggunakan hak vetonya untuk memilih," kata Agus.
Agus menambahkan, Megawati akan menggunakan teori rasional untuk memilih bakal calon di Surabaya. Yaitu siapa yang paling berpeluang untuk menang di Pilwali Surabata 2020.