Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang berharap sanitary landfill segera bisa dioperasionalkan. Tujuannya untuk mengetahui berapa jumlah sampah yang diangkut setiap armada setelah melewati jembatan timbang.
Sanitary landfill yang menjadi proyek pembangunan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Kota Malang dicanangkan akan beroperasi Juni 2020.
Namun, rencana tersebut masih belum bisa dipastikan akan berjalan mulus karena situasi pandemi covid-19. Padahal, Bidang Persampahan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) DLH Kota Malang berharap sanitary landfill bisa segera beroperasi untuk meningkatkan kinerja.
"Kami berharap sanitary landfill segera beroperasi untuk mengetahui jumlah pasti sampah yang naik ke TPA karena di situ juga ada jembatan timbang untuk mengetahui berapa sampah yang dibawa armada pengangkut sampah," kata Kepala Bidang (Kabid) Persampahan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) DLH Kota Malang Joao Maria Gomes de Carvalho atau yang akrab disapa Joe.
Untuk diketahui, sanitary landfill adalah teknologi yang aman bagi lingkungan karena mampu mencegah pencemaran. Caranya dengan penimbunan dan pengelolaan air lindi (leachate) serta penangkapan gas metan yang bisa dimanfaatkan menjadi sumber energi.
Penerapan teknologi sanitary landfill dilaksanakan dengan beberapa lapisan. Beberapa di antaranya meliputi penyiapan dan pelapisan lahan pembuangan (sel aktif) TPA. Hal ini biasanya menggunakan tiga lapis penutup tanah seluas kurang lebih delapan hektare (ha).
Jenis lapisan penutup pertama (lapisan paling bawah) berupa bahan gel sintetis setebal kurang lebih satu sentimeter (cm). Bagian ini bertugas menahan kebocoran air lindi agar tidak mencemari tanah.
Lapisan kedua dan ketiga berupa karpet sintetis khusus berserat kasar. Seluruh bahan pelapis ini merupakan bahan berkualitas tinggi. Sebab, bahan khusus ini didatangkan langsung dari Jerman.
Selanjutnya, lapisan di atas hamparan karpet pelapis berupa batu koral dengan diameter dua cm. Bagian ini ditumpuk dengan rata setinggi kurang lebih 50 cm. Lapisan tersebut berfungsi sebagai bahan penyaring air lindi sehingga akan merembes di antara bebatuan.
Jembatan timbang sendiri, menurut Joe, membantu pihaknya mengukur seberapa banyak sampah yang dihasilkan masyarakat. "Jadi, nanti itu armada pengangkut sampah akan dihitung berapa beratnya dan dikurangi berat armada itu sendiri, nanti bisa kelihatan jumlah pastinya berapa," imbuhnya.