Jejak sejarah pemberontakan G30S/PKI di Kabupaten Tulungagung masih cukup mudah ditelusuri. Salah satunya, jejak partai komunis dengan kekejamannya terjadi di Desa Majan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung.
Seperti yang dikisahkan, Ansorudin putra dari Kuai Raden Abdul Sa'id keluarga Sentono Dalem Majan.
Baca Juga : Cerita Legendaris Intel Ruslan, Begini Penyamarannya saat Jadi Mata-Mata PKI di Blitar
"Kiai Majan ke-9 saat itu, Kiai Raden Abdul Sa'id, menangkap dan mengamankan 2 orang warga Majan yang terlibat Partai Komunis Indonesia," kata Ansorudin, Kamis (01/09/2020).
Lanjut Gus Ansorudin, seandainya anggota PKI itu tidak ditangkap dengan cepat, niscaya Perdikan Majan hanya tinggal nama.
"Semua warga yang sering jamaah ke Masjid Al Mimbar bisa dibantai habis. Bahkan PKI sudah mengantongi daftar nama-namanya," ujarnya yang juga di posting di media sosial.
Anggota PKI waktu itu dianggap cerdas dan pandai berargumentasi karena punya sekolah atau perkumpulan tak jauh dari makam umum Desa Majan (dekat Kali Proyek).
"Tiap malam, Masjid Al Mimbar ramai oleh warga desa yang ketakutan dengan pemberontakan PKI. Mereka meminta perlindungan kepada Kyai Raden Abdul Sa'id agar terhindar dari pembantaian," ungkapnya.
Pemuda PKI bernama Sabar, saat itu mengancam akan membunuh Kiai Raden Abdul Sa'id dan keluarga besarnya, namun sang kiai tetap tenang.
Pemuda PKI bernama Sabar itu kemudian diculik diam-diam oleh Banser NU dengan izin aparat tepat saat Maulid Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga : Selain Jerat Asmara dan Perselingkuhan, TKW Sering Jadi ATM Orang Lain, Begini Kisahnya
"Dia dibawa ke pohon bambu dekat makam umum dan dieksekusi, sebab PKI telah membantai santri dan ulama NU di Indonesia," jelasnya.
Kemudian Nyono Mustakim, Ketua GP Ansor ranting Majan pernah mengatakan suasana desa saat itu sangat genting dan mencekam.
"Banyak kejadian pencurian dan intimidasi kepada golongan agamis. Nyono Mustakim mendapatkan ancaman mau dibunuh sehingga dia bersembunyi ke daerah Tiudan Gondang," papar Gus Ansorudin.
Kisah yang hampir sama dapat dengan mudah didapatkan dari para saksi hidup yang kini masih bisa dijumpai di kota marmer.
Karena saat itu Tulungagung yang dikenal dekat dengan benteng terakhir PKI di Blitar Selatan, banyak orang-orang tua yang dulu terlibat langsung dan menjadi sejarah perjuangan pembersihan operasi sisa komunis.